Sabtu, 19 April 2014

HAPPY BIRTHDAY MY LOVELY DEER


saengil chukahamnida, saengil chukahamnida
saranghaneun uri oppa
saengil chukahamnida :D

Idol's Scandal with Love & Friendship III

Title        : Idol’s Scandal with Love & Friendship
Cast         : Xi Lu Han
                Ryu Hyoyoung
                Yoo Seung Ho
                Park Shin Hye
                Kim Myung Soo
                Park Jiyeon
Genre       : Romance
                Friendship
Chapter     : 3 of 3


NO SILENT READER :D


Chapter sebelumnya
Kulihat laki-laki yg saat ini terbaring di tempat tidur dengan lilitan perban di kepalanya, serta beberapa perban dibagian tangan dan kakinya. Hyoyoung dengan wajahnya yg berusaha tetap tenang menggenggam erat tangan laki-laki tak berdaya ini, Jiyeon dengan sapu tangan di wajahnya berkali-kali mencoba menghapus air matanya.”

Luhan POV

Braakk!!
Suara pintu yg dibanting memecah keheningan. Kim Myung Soo yg nampak lelah setelah berlari langsung menuju kasur untuk melihat laki-laki ini, Yoo Seung Ho. Dari apa yg kudengar, Seung Ho mengalami kecelakaan sekitar pukul 10:00pm. Kemarin Seung Ho berada di rumah Hyoyoung hingga pukul 09:45pm. Ia ditabrak oleh mobil yg pengendaranya sedang mabuk, dan ia langsung tersungkur ke tanah. Luka di kepalanya disebabkan kerasnya benturan saat ia terjatuh di tanah. Syukurlah hasil dokter mengatakan bahwa ia akan segera sadar, akan tetapi ia akan mengalami pusing yg hebat. Kami menunggu Seung Ho terbangun dalam keadaan yg sunyi. Myung Soo keluar dari ruangan dan kulihat ia duduk di kursi panjang yg berada di koridor. Belum sempat aku menghampirinya, melihat wajahku, ia pergi entah kemana. Aku pun memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit dan membelikan makanan untuk semua. Tanganku penuh dengan makanan, karena kupikir tiga wanita itu sudah sangat lapar karena berjaga sejak tadi malam, terutama Hyoyoung.

Aku masuk ruangan menyuruh mereka untuk makan dan tetap memperhatikan kesehatan masing-masing. Shin Hye tanpa semangat mengambil semangkuk bubur. Berbeda dengan Hyoyoung dan Jiyeon yg tak bergerak dari tempat mereka. Akhirnya aku yg menggerakan dua mangkuk bubur ini pada mereka. Usahaku tidak berhasil karena memperoleh tolakan dari keduanya. Tanpa melakukan paksaan, aku meninggalkan ruangan dan duduk di kursi yg tadi sempat dipakai Myung Soo. Tak lama, Hyoyoung keluar dan duduk disampingku. Aku menegakkan kembali posisi dudukku.
"Oppa tak ada jadwal hari ini?" tanyanya tanpa ada energi sedikitpun.
"Aku sudah ijin dengan manajer untuk tidak melakukan latihan hari ini. Hyoyoung, kurasa kau harus makan, kau sangat pucat."
"Aku baik-baik saja."
"Bagaimana bisa baik-baik saja? Mau kuambilkan bubur?"

Saat aku hendak berdiri, Hyoyoung menarikku untuk duduk kembali. Ia menyandarkan kepalanya pada bahuku. Saat ini, kudengar isak tangis darinya, namun dengan posisi seperti ini aku tidak dapat melihat ke wajahnya.
"Hyoyoung~ah." tak ada respon darinya.
Aku meraih tangannya yg ia pangku sedari tadi. Aku tak pernah melihat dan mendengar Hyoyoung menangis seperti ini. Saat kucoba menenangkan Hyoyoung, Myung Soo yg hendak masuk ke dalam ruangan pun memperhatikan kami dengan tatapan matanya yg tajam dan menghentikan langkahnya sejenak sebelum melanjutkannya lagi.

Tak lama setelah Myung Soo masuk, seorang pria dan wanita separuh baya dengan pakaiannya yg elegan menghampiri kami. Hyoyoung bangkit dari duduknya dan wanita itu langsung memeluknya.
"Tidak apa-apa, Hyoyoung. Ini bukan salahmu, dokter sudah mengatakan bahwa Seung Ho akan baik-baik saja, kan? Jangan buang air matamu, Seung Ho pasti tak mau melihatmu seperti ini." ujar wanita itu, dan pria disampingnya pun menepuk pelan punggungku. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
"Maafkan aku, omonim." balas Hyoyoung.
Wanita itu memegang wajah Hyoyoung yg menghapus air matanya. Tapi, omonim?

Mereka bertiga pun masuk ke dalam ruangan dan langsung melihat kondisi Seung Ho. Setelah beberapa waktu, Shin Hye mengatakan bahwa mereka adalah orangtua Seung Ho. Sedekat itukah hubungan Hyoyoung dan Seung Ho, hingga Hyoyoung memanggilnya "omonim"?

Sekitar satu jam kami berada diruangan ini dalam suasana hening, hanya beberapa pertanyaan singkat yg dilontarkan Seung Ho appa pada kami semua. Ia mengetahuiku dan Shin Hye melalui televisi, ia juga mengatakan beberapa kali bertemu denganku di SMEnt’s building. Namun, wajah Jiyeon dan Myung Soo adalah baru bagi orangtua Seung Ho. Orangtua Seung Ho baru penerbangan pertama tadi pagi dari Jepang setelah mendengar kabar dari Hyoyoung.

Seung Ho umma membuka matanya lebar-lebar dan melihat kearah kami semua untuk memberikan tanda bahwa Seung Ho tersadar.
"Umma" rintih Seung Ho.
Ummanya hanya tersenyum senang dengan mata yg berkaca-kaca.
"Appa, umma. Aku bermimpi kalian mencariku dan meneriakan namaku." lanjut Seung Ho dengan senyum yg berat.
Kami semua mulai mendekat pada ranjang, namun tetap memberi jarak untuknya bernafas. Kulihat Jiyeon tersenyum lega, Myung Soo tetap dengan wajah tenangnya, Shin Hye melihatkan deretan giginya pada Seung Ho, dan Hyoyoung berusaha menghapus air matanya. Beberapa saat kami semua melempar pandangan pada Seung Ho, yg kutau dia sebisa mungkin menahan rasa sakitnya, sambil sesekali memegangi kepalanya.

"Hyoyoung! Kau mengkhawatirkanku, kan?" ia tersenyum simpul pada Hyoyoung dengan memberikan kedua tangannya seolah memanggil Hyoyoung untuk memeluknya. Hyoyoung yg tadi berada di belakang umma appanya pun berpindah posisi ke depan dan memeluk Seung Ho, lalu Seung Ho mengusap rambut Hyoyoung. Entah kenapa, aku sontak menjatuhkan kedua tanganku yg tadinya kulipat, mencoba membuang pandangan mataku dari mereka.
"Ya! Yoo Seung Ho, memang aku tak mengkhawatirkanmu?" Myung Soo menarik Hyoyoung dari pelukan Seung Ho.
"Aku juga! Aku menunggu semalaman disini. Mana pelukan untukku?" sahut Jiyeon.
"Ya! Kalian beri sedikit ruang untuk Seung Ho beristirahat dan berbicara dengan umma appanya. Cepat keluar!" Shin Hye menuntun kami semua keluar dari ruangan yg meninggalkan Seung Ho dan umma appanya di dalam.

"Kim Myung Soo, apa yg terjadi denganmu?" tanyaku selagi mendapat kesempatan berbicara dengannya.
Dia tak merespon bahkan tak menoleh sedikit pun. Semua mata ketiga wanita ini pun berlari ke arahku.
"Kim Myung Soo!" panggil Shin Hye.
"APA?! Bisakah kalian tak memanggil namaku sesuka kalian?"
"Lalu apa? Aku harus memanggilmu 'Hei'? Oh! Atau 'YA!'? Seperti itu? Tanpa nama." balas Shin Hye.
"Cukup, Shin Hye. Ini masalahku dengannya." aku mengambil alih.
"Ya Xi Luhan! Masalah antara kau dan Myung Soo pun menghambat kami semua. Kau lihat suasana yg kita hadapi sejak tadi, kalian hanya saling membuang pandangan. Apa kau pikir tak mengganggu yg lain? Kalau memang kau menganggap ini masalah pribadi kalian, bersikaplah biasa di depan orang lain. Itu sangat mengganggu!" Shin Hye duduk dan melipat kedua tangannya diikuti oleh Jiyeon dan Hyoyoung.

"Ryu Hyoyoung! Apa kau sudah terbiasa memeluk Seung Ho? Kau melakukannya tanpa rasa bersalah apapun." Myung Soo membuat suasana semakin panas.
"YA! Kim Myung Soo!" ujarku, Jiyeon, dan Shin Hye bersamaan.
Kulihat Hyoyoung menatap Myung Soo dengan wajah bingung dan mulutnya yg ia gerakan seakan mengunyah permen, lalu pergi begitu saja. Suasana semakin hening dan canggung. Aku pun memilih berpamitan pulang untuk membersihkan badan dan pikiranku. Shin Hye memintaku untuk mengantarnya juga, terlebih dia aja jadwal pada sore hari. Hyoyoung dan Jiyeon tetap tinggal di rumah sakit.



Hyoyoung POV

4 hari sudah Seung Ho berada di rumah sakit, hari ini dokter mengijinkannya untuk pulang, namun tetap harus memperhatikan kondisinya. Aku dan Jiyeon empat hari berturut-turut merawat Seung Ho, kami terpaksa ijin kuliah dan latihan. Aku mengemasi barang-barang Seung Ho dalam satu koper selagi Jiyeon mengurus administrasi. Orangtua Seung Ho sudah kembali ke Jepang kemarin siang. Seung Ho berkali-kali mencoba bangkit dari duduknya untuk membantuku, tapi aku berkali-kali pula mengingatkannya. Setelah semuanya beres, termasuk kunjungan dokter untuk yg terakhir, kami bertiga memilih untuk segera meninggalkan ruangan. Aku melingkarkan tangan kiriku di punggung Seung Ho dan dibalas dengan lingkaran tangannya di pundakku untuk membantunya berjalan, sedang tanganku yg lain menarik koper.

Diluar, Luhan dan Myung Soo dalam jarak yg lebar sudah menanti kami. Myung Soo menatap tajam ke arah kami dan Luhan hanya melempar senyum setengah bibirnya. Myung Soo berjalan cepat ke arah kami, menarikku dan menggantikan posisiku membantu Seung Ho berjalan. Luhan juga mengambil alih koper yg kubawa, jadi aku berjalan di belakang bersama Jiyeon. Jiyeon begitu peduli dengan Seung Ho, selalu berusaha untuk hadir disetiap kesulitan Seung Ho. Cara dia menangis saat Seung Ho belum sadarkan diri juga berbeda dengan cara menangis seorang teman. Saat ini pun dia tengah membukakan pintu mobil untuk Seung Ho masuk. Karena mobil yg dipakai oleh driver Seung Ho adalah mobil kecil, maka hanya aku dan Jiyeon yg bisa mengantarnya sampai rumah. Aku duduk di sebelah Seung Ho yg menyandarkan kepalanya yg masih sering terasa sakit. Jiyeon yg duduk di depan sesekali kulihat menatap ke kaca tengah untuk melihat kondisi Seung Ho.

Setibanya dirumah Seung Ho, kami membawa Seung Ho masuk ke ruang tengah. Beberapa ahjumma telah menyiapkan makanan untuk Seung Ho. Meja makan Seung Ho selalu dipenuhi makanan seperti ini, tak lupa dengan ttokpoki kesukaan Seung Ho. Ahjumma juga mempersilakanku dan Jiyeon makan bersama. Setelah makan kami pun memutuskan untuk memberikan waktu pada Seung Ho beristirahat.

"Hyoyoung, sebenarnya sedekat apa kau dan Seung Ho?" tanya Jiyeon ketika kami jalan berdua.
"Sangat dekat, aku sudah menceritakan kalau Seung Ho adalah temanku sejak kecil kan?"
"Aku mengerti. Tapi tak kupikir kalian sedekat itu, seperti sepasang kekasih. Haha"
"Kalau iya kenapa? Kau cemburu? Park Jiyeon, kau tak akan memendam ini terlalu lama, kan?" ledekku.
"YA! Ryu Hyoyoung!"
Aku tak mempedulikannya dan pergi meninggalkannya.

~~~~

Esok harinya aku pergi ke kampus dan berniat untuk mengendarai bus, karena ku yakin hari ini Seung Ho tak akan menghampiriku. Luhan juga tidak akan mendadak muncul dihadapanku karena ia akan ada off air di siang hari. Namun ketika aku menunggu bus, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depanku. Di dalamnya seorang lelaki menggunakan kacamata hitam. Ia menurunkan kacanya.
"Ryu Hyoyoung! Ya aku memang sedang berbaik hati hari ini, cepat naik sebelum aku berubah pikiran." ujar lelaki itu.
"Tidak, Myung Soo oppa, aku akan merepotkanmu."
"Ya! Kau lebih merepotkanku jika tak segera masuk, karena kau akan menghabiskan tenagaku untuk menyeretmu."
Dia membuka kedua pupil matanya lebar-lebar. Aku pun menelan ludah sebelum masuk ke mobilnya.

Setibanya di kampus, ia ikut turun bersamaku dan mengikuti semua mata kuliah yg kudapat. Seusainya, ia membawaku ke suatu tempat dan mencoba mengendarai speedboat. Aku melihat sisi lembut Myung Soo hari ini. Mulai saat di mobil ia memasangkan sabuk pengamanku ketika aku lupa memakainya, membantuku naik ke speedboat dengan mengulurkan tangannya, menggenggam tanganku serta berteriak kepada pengendara untuk menghentikkan speednya saat melihatku sedikit ketakutan. Setidaknya, semua sikap Myung Soo tidaklah sekasar yg kupikirkan. Setelah turun dari speed, Myung Soo membawaku ke tempat makan tradisional. Katanya makanan disini jauh lebih enak dari restoran bintang lima sekalipun. Ia memintaku mencoba setiap makanan yg telah ia pesan dengan menyuapkannya padaku. Aku hanya menerima semua suapannya.

Drrrttt~ Luhan oppa memanggil.
"Hallo?"
"Hyoyoung, kau di mana?"
"Aku bersama Myung Soo oppa."
"Benarkah? Datanglah pukul 07:00pm ke cafe biasa."
Aku hanya menjawabnya tanda mengerti. Aku sangat menghargai Luhan sebagai sunbae, itulah kenapa aku tak pernah bisa menolak ajakannya. Ia juga sudah terlalu baik denganku.

Aku dan Myung Soo menghabiskan makanan dihadapan kami, lalu Myung Soo mengajakku kembali ke Seoul dan berjalan-jalan di tepi sungai Han sambil menunggu sore hari untuk janjiku dengan Luhan. Myung Soo mengajakku ke toko souvenir dan membelikanku topi koala. Berkali-kali ia berkata "kyeopta" dengan senyum lebar diwajahnya. Jujur, aku tak pernah melihatnya tersenyum sebanyak hari ini. Tak sadar waktupun sudah menunjukkan pukul 06:45pm, aku dan Myung Soo menuju cafe yg diminta oleh Luhan. Cafe ini terletak di seberang sungai Han dan merupakan cafe dengan sentuhan nuansa yg elegan. Kulihat didalam penuh dengan pelanggan dan para pelayan yg sibuk melayani. Di depan sebuah panggung kecil yg sedang menampilkan perform akustik, kulihat Luhan, Shin Hye, Jiyeon, dan Seung Ho tengah bercakap-cakap. Aku terkejut ketika melihat Seung Ho, kupikir ia benar-benar istirahat untuk beberapa hari, namun ia tetap diantar menuju kemari. Aku dan Myung Soo langsung duduk di kursi yg masih kosong diantara Luhan dan Jiyeon. Luhan bilang, ia ingin merayakan kesembuhan Seung Ho.

Setelah memesan menu makanan, Luhan meminta kami menunggu dan ia menuju panggung tadi sambil membisikkan sesuatu ditelinga gitaris. Ia mengambil gitar dari sang gitaris, serta mengambil kursi dan meletaknnya didepan microphone.
"Selamat malam, saya Luhan dari EXO akan mempersembahkan sebuah lagu pada kalian."
Ia mulai memetik gitarnya, kami semua bahkan tak tau ia bisa bermain gitar.
"Lagu ini mengisahkan tentang seorang Idol yg tidak dapat menjalin hubungan dengan kekasihnya karena dia adalah Idol, yg mana selalu disibukkan dengan jadwalnya, yg mana ia tak dapat mengatakan pada dunia bahwa orang ini adalah kekasihnya, dan berjanji ketika ia sudah menjadi lebih senior, ia akan mengenalkan kekasihnya pada dunia. Don't Want to be an Idol by VIXX"

Luhan mulai menyanyi, semua orang pasti tau suara lembut ini. Wajah seriusnya ketika bernyanyi dan urat-urat dilehernya yg nampak saat ia bernyanyi. Suaranya mampu membawa setiap orang yg mendengarnya terbawa dalam suasana. Ditambah setiap orang disini mengenal Luhan, jadi banyak dari mereka yg mengabadikan momen ini.
"Bad boy." geming Myung Soo.
Setelah Luhan menyelesaikan lagu tersebut, suara tepuk tangan dari setiap sudut pun mulai terdengar. Kami melempar senyum padanya dan ia balas semua senyuman ini, tak lupa mengucapkan terimakasih.
"Oppa, sungguh daebak!!" ujar Jiyeon memberikan dua jempolnya.
"Hyung, dalam rangka apa kau bernyanyi seperti tadi?! tanya Myung Soo.
"Kau tau, kan. Maafkan aku Myung Soo."
"Aku juga minta maaf, hyung. Aku bahkan tak tau bahwa kau mengalami kesulitan yg lebih dalam dariku."
"Ya! Kalian ini aneh sekali, kesal sendiri, minta maaf sendiri." sindir Shin Hye.
Mereka hanya tersenyum dengan satu sama lain.

Tak lama, makanan pun tersaji di meja kami, kami menikmatinya sembari bercakap-cakap. Sesekali Jiyeon dan Myung Soo bertengkar lagi dan Shin Hye selalu memarahi mereka. Saat seperti inilah yg akan terus kuingat dan kusimpan dalam hati.

Pukul 09:30, kami menyelesaikan obrolan kami. Myung Soo hendak menghantarkanku pulang, namun Seung Ho memintaku untuk pulang bersamanya. Kupikir hari ini aku sudah terlalu banyak merepotkan Myung Soo, jadi aku memilih pulang bersama Seung Ho.


Luhan POV

Hyoyoung memutuskan untuk pulang bersama Seung Ho. Merasa ada yg janggal diantara mereka, aku pun ingin tau dan mengikuti. Setibanya di persimpangan menuju rumah Hyoyoung, aku turun dari mobilku dan berjalan. Kulihat Seung Ho dan Hyoyoung bercakap-cakap di depan gerbang rumah.
"Kupikir kau tidak akan keluar beberapa hari ini." ujar Hyoyoung.
"Aku sangat merindukanmu, itu sebabnya. Haha"
"Merindukanku? Pfftt"
"Kenapa? Kau sudah tak percaya lagi denganku?"
"Bukan begitu.."
"Haha, yasudah kau cepat masuk, ini sudah malam. Saranghae"
"Ya."
"Saranghae?"
"YA! Nado saranghae."
Mereka tersenyum satu sama lain dan Seung Ho mengusap rambut Hyoyoung sebelum meninggalkannya. Jantungku rasanya berdegup lebih kencang, seperti aku mungkin tak mampu lagi menjaga keseimbanganku.

"Apa-apaan ini?!! Hyung, ternyata kau juga serendah aku, menguping!" ujar Myung Soo yg tiba-tiba muncul dan membuatku hampir saja terjatuh karena kaget.
Aku membawa Myung Soo menjauh dari tempat ini. Aku menyuruhnya untuk pulang dan aku pun juga harus segera pulang. Semalaman aku hanya berguling-guling dikasurku karena terus terbayang wajah Seung Ho dan Hyoyoung. Hingga Xiumin yg sekamar denganku berkali-kali terbangun dan memarahiku.

~~~~

Esok harinya aku mengumpulkan semua keberanianku untuk mengirim sebuah pesan "Malam ini pukul 07:00pm kita berkumpul dirumah Myung Soo, ada yg perlu kita bicarakan."
Aku dan Myung Soo merencanakan sesuatu sembari menata hati kami masing-masing. Aku bahkan tak dapat berpikir jernih dan terus mencoba menghubungi Myung Soo yg tak memberi respon apapun. Berkali-kali aku menanyakan perasaan ini pada Xiumin, namun jawabannya tak membuatku lega sedikitpun. Aku terus menggetarkan kakiku hingga suara ponselku memecah lamunan. Myung Soo menyuruhku menuju rumahnya saat ini, ia butuh teman untuk menghiburnya. Aku langsung menuju rumahnya dan ia hanya duduk sendiri di ruang tamu sambil memegang remote TV.

Malam harinya, Jiyeon datang awal dan memperhatikan sikap kaku dan canggung antara aku dan Myung Soo. Shin Hye pun menyusul dan langsung berbisik pada Jiyeon, sepertinya membicarakanku dan Myung Soo. Aku hanya memberi senyuman simpul padanya. Terakhir, dua orang yg datang bersamaan dan langsung membuatku dan Myung Soo semakin tak bergeming. Semua berkumpul di ruang tengah dan menungguku membuka pembicaraan.
"A... Mmmm.. Tidak." ujarku gelagapan.
"Kenapa?!" teriak Shin Hye.
"Itu.. Ini soal.." lanjut Myung Soo sepatah.
"YA OPPA! Kami sudah menunggu satu jam disini tanpa memperoleh bahasan apapun!" protes Jiyeon.
"Baiklah! Yoo Seung Ho, Ryu Hyoyoung, apa kalian sepasang kekasih?" tegas Myung Soo.
"Apa?!" Hyoyoung nampak terkejut, tapi Seung Ho memegang tangannya, seolah menahanya untuk mengatakan sesuatu.
"Kalau memang benar apa yg Myung Soo katakan, lalu?" tanya Seung Ho masih dengan wajah tenangnya.
"Ya! Yoo Seung Ho, kau tau apa yg aku dan Luhan hyung rasakan bukan?! Kenapa kau tak mengatakan sejak awal hal semacam ini?! Kau gila?! Kau ingin mempermainkanku dan Luhan hyung?!" Myung Soo bangkit dari duduknya sambil memberikan telunjuknya pada Seung Ho.
"Tunggu, aku tau apa yg kau dan Luhan hyung rasakan? Memang apa yg kalian rasakan?" tanya Seung Ho seolah tak tau apa-apa.
"Kau tau kan kalau aku menyukai Hyoyoung?!" tegas Myung Soo.
"Aa.. Ya aku tau. Lalu apa hubungannya dengan Luhan hyung?"
"Aku... juga menyukainya."

Hyoyoung menatap kearahku, Luhan, dan Myung Soo secara bergantian. Aku tau, dia seperti sedang dipermainkan saat ini. Sedang Shin Hye hanya tersenyum mendengar perdebatan kami, Jiyeon justru menatap tajam pada kami. Dan disaat seperti ini, Seung Ho tersenyum, apa maksudnya?
"Aa.. Seperti itu? Jadi kalian terlibat cinta segitiga? Tapi kumohon, keluarkan aku dari urusan percintaan kalian. Aku dan Hyoyoung, sampai kapanpun akan menjadi sahabat sejati seperti ini." lanjutnya.
"Apa?! Kau jangan mengatakan sesuatu yg tidak masuk akal! Aku, bahkan kita semua melihatmu memeluk Hyoyoung, Hyoyoung memanggil ummamu dengan sebutan omonim, dan.." kalimat Myung Soo terpotong.
"Dan yg membuat aku dan Myung Soo mengumpulkan kalian adalah karena kemarin aku dan Myung Soo mengikuti kalian sampai rumah Hyoyoung." lanjutku tetap tenang.
"Saranghae? Nado saranghae?" tanya Seung Ho.
"O!" jawab Myung Soo yg kembali ke posisi duduknya.
"Aku tau kalian mengikutiku dan Hyoyoung, aku tau kalian mendengar pembicaraan antara kami berdua. Oleh karenanya, aku sengaja melakukan itu. Lagipula aku biasa mengatakan “saranghae” pada Hyoyoung untuk menjailinya. Masalah pelukan, mungkin karena kami sudah menjadi teman yg sagat dekat, jadi itu hal biasa. Bukankah saat sahabatmu menangis, kau akan menenangkannya dengan sebuah pelukan? Hal itu pun akan menjadi biasa bagi keduanya. Omonim.. Hyoyoung melakukannya karena ummaku sudah menganggap Hyoyoung seperti anak sendiri."
"Lalu, kau ketika latihan saat itu, kau melarangku untuk menyukai Hyoyoung karena kau juga menyukainya, apa maksudmu?" tanyaku.
"Maafkan aku telah membuatmu salah paham, hyung. Tapi aku selalu menyeleksi setiap pria yg mendekati Hyoyoung. Hyoyoung pun akan membuka hatinya untuk seorang pria jika aku merekomendasikannya. Aku saat itu tidak setuju dengan hyung karena hyung adalah seorang Idol. Aku takut jika fans hyung menyerang Hyoyoung saat kalian mempublikasikan hubungan kalian, tapi aku lebih khawatir dengan perasaan Hyoyoung jika kau tidak mengakui pada setiap orang bahwa ia adalah kekasihmu. Selain itu, aku juga tidak terlalu senang dengan sikap Myung Soo hyung yg kasar, aku takut Hyoyoung akan sering terluka dengan itu. Tapi sekarang aku tau, Luhan hyung dan Myung Soo hyung mempunyai rasa yg tulus pada Hyoyoung. Jadi, sekarang pun terserah Hyoyoung." jelas Seung Ho.
"Luhan oppa, Myung Soo oppa..Maaf.." ujar Hyoyoung pelan.
"Oh, aku ingat! Dulu ketika aku berada di 7th Grade, aku menyatakan perasaan sukaku pada Hyoyoung, perasaan suka lebih dari teman. Namun, Hyoyoung menolakku dengan alasan bahwa kami adalah sahabat dan selamanya pun akan menjadi sahabat. Jika kami mempunyai hubungan sebagai kekasih, dan jika suatu saat kami memutuskan hubungan sebagai kekasih, maka kami tak dapat kembali sebagai sahabat lagi. Dan kurasa Hyoyoung akan menggunakan alasan yg sama pada kalian." lanjut Seung Ho.
"Tidak masalah, aku juga takut menyakiti Hyoyoung karena statusku sebagai Idol."
"Ya! Aku merasa dibuang, bahkan sebelum aku menyatakan perasaanku." keluh Myung Soo.

Kami semua pun tertawa dan meneguk segelas air dihadapan kami untuk meredakan emosi yg tadi sempat melintas.
"Mmm.. Masalah antara aku, Seung Ho, Myung Soo oppa dan Luhan oppa sudah terjawab. Lalu, bagaimana denganmu Jiyeon?" pertanyaan Hyoyoung yg tiba-tiba membuat Jiyeon tersedak.
"Kurasa benar feelingku selama ini, hanya aku yg tidak terlibat skandal apapun." sahut Shin Hye.
"Park Jiyeon, cepat katakan!" dorong Myung Soo.
Aku pun tersenyum pada Jiyeon.
"Tunggu! Memangnya begitu terlihat ya?" tanya Jiyeon.
"Ah berisik sekali kau ini, cepat katakan!" paksa Myung Soo.
"Baiklah! Ya Yoo Seung Ho! Saranghae!!" ujarnya sembari mengembalikan gelas pada meja.
"DAEBAK!" ujar Myung Soo dan Shin Hye bersamaan.

Seung Ho melihat mata Jiyeon dalam. Kami semua pun menunggu jawaban dari Seung Ho.
"Park Jiyeon, berkencanlah denganku sebanyak 8 kali, maka akan kupertimbangkan perasaanmu." ujar Seung Ho dengan senyum lebar di wajahnya.
"COOOOOOLLLLLLL!!!!" jawab kami bersama.



END


That’s all, thank you for reading all of the chapter.. Today is Luhan’s Birthday, so everything about this Fanfiction are belong to Luhan and me ;)
NO COPYRIGHT hahahha

Jumat, 18 April 2014

Idol's Scandal with Love & Friendship II

Title        : Idol’s Scandal with Love & Friendship
Cast         : Xi Lu Han
                Ryu Hyoyoung
                Yoo Seung Ho
                Park Shin Hye
                Kim Myung Soo
                Park Jiyeon
Genre       : Romance
                Friendship
Chapter     : 2 of 3



NO SILENT READER :D



Chapter sebelumnya :
Seung Ho berdiri dari tempatnya dan keluar meninggalkan ruangan. Kurasa, dia benar-benar seorang lelaki. Aku tersenyum kecil dan tak sengaja melihat Jiyeon memperhatikan langkah Seung Ho. Asal kalian tau, satu cinta lagi masuk ke dalam jaring-jaring.

Hyoyoung POV

Aku tengah mendengarkan cerita Shin Hye tentang syuting filmnya di Jepang, sesekali kami juga membicarakan setelah ini akan mengadakan pesta penyambutan Shin Hye dirumahnya. Bukan pesta besar, hanya sejenis pesta barbeque antara kami berenam. Kulihat Seung Ho keluar dari ruangan dan kembali lagi ketika pelatih dan beberapa trainee lainnya memasuki ruangan. Pelatih menunjuk Seung Ho untuk menyanyikan sebuah lagu. Ruangan ini dalam sejenak dipenuhi alunan nada-nada dari bibir Seung Ho. Suaranya berat, namun tetap lembut. Setelahnya, kami semua memulai latihan vocal masing-masing. Karena dalam ruangan ini ada Luhan, beberapa orang termasuk aku dilatih langsung oleh Luhan. Trainee wanita justru lebih memperhatikan Luhan dibanding materi yg ia sampaikan. Latihan dimulai dari tangga nada hingga Luhan mencontohkan lagu Lucky milik EXO untuk diikuti kami semua.

4 jam berlalu dan setiap orang satu persatu meninggalkan ruangan, tersisa aku, Luhan, Shin Hye, Myung Soo, Seung Ho, dan Jiyeon. Kami mengemasi barang dan berjalan bersama menyusuri koridor menuju parkiran mobil. Luhan meminta kunci dari manajernya dan memilih untuk mengemudikan sendiri. Luhan masuk ke dalam mobil yg diikuti Shin Hye disebelahnya, lalu Myung Soo dan Seung Ho mengisi bangku belakang, sedang aku dan Jiyeon di bangku tengah.
"Sudah lama kita tidak melakukan triple date semacam ini. Selama kau pergi, kami tak pernah bermain bersama, noona." Myung Soo membuka percakapan.
"Benarkah? Tapi, triple date? Siapa dengan siapa?" tanya Shin Hye.
"Hyoyoung - aku, Luhan hyung - Shin Hye noona, Seung Ho - Jiyeon." jawabnya.
"Ya! Myung Soo oppa, kau memasang-masangkan tanpa meminta ijin? Seenakmu saja! Kau menyukai Hyoyoung, kan?" goda Jiyeon.
"Ya! Apa maksudmu? Aku hanya melihat berdasarkan apa yg kulihat?"
"Yg kau lihat? Apa? Apa yg kau lihat? Memangnya apa?!"
"YA! BENAR-BENAR MEMBUATKU KESAL!”
Kami semua tertawa kecil mendengar perkelahian antara Jiyeon dan Myung Soo. Sepanjang jalan, mobil ini dipenuhi teriakan Myung Soo dan Jiyeon, serta celetukan-celetukan dari Shin Hye. Aku, Luhan, dan Seung Ho hanya sebagai pendengar. Seperti inilah kami terbagi.

Tak terasa, tibalah kami di rumah Shin Hye dan matahari mulai berganti dengan bulan. Kami bergegas menyiapkan makanan karena rasa lelah yg menimbulkan kelaparan. Luhan, Shin Hye, dan Myung Soo dibagian daging, aku, Seung Ho dan Jiyeon dibagian sayuran. Aku membersihkan sayuran yg dibantu oleh Seung Ho, Jiyeon memotong sayuran dalam bentuk dadu. Seung Ho meraih tanganku seakan menyuruhku untuk berhenti melakukannya.
"Ah!" teriak Jiyeon.
"Ada apa?" tanyaku dan Seung Ho segera menghampirinya.
Kulihat telunjuk Jiyeon teriris dan darah segar telah mengalir. Seung Ho mencari plester, sedang aku berusaha membersihkan lukanya dengan air mengalir. Seung Ho meminta Jiyeon duduk dikursi depan dapur dan memasangkan plester ditangannya, namun kulihat Jiyeon justru menitikkan air mata.
"Kau kenapa? Ini tidak sesakit itu kan? Jangan menangis.." ujar Seung Ho memberikan sapu tangan padanya.

Aku beranjak meninggalkan mereka dan mengerjakan apa yg seharusnya Jiyeon kerjakan. Kemudian membawa potongan sayur ini ke taman belakang untuk dibakar bersama yg lain. Aku mencoba mendekati bara api untuk membantu, tapi Myung Soo mendorongku untuk menjauh. Lalu Luhan memegang pundakku dari belakang dan membawaku kedekat meja panjang untuk membantu Shin Hye yg menyiapkan peralatan makan. Shin Hye tertawa kecil melihat aku dan Luhan. Tak lama Jiyeon dan Seung Ho turut berkumpul dan kami mulai menata makanan di atas meja. Kami mulai duduk dan menikmati makanan yg telah tersaji diatas meja. Luhan mengambil selada dan menaruh daging serta beberapa sayuran ke dalamnya. Ia yg duduk di depanku, memintaku untuk membuka mulut. Namun, tiba-tiba saja Myung Soo yg lewat di belakang Luhan mengambil makanan dari tangan Luhan dan melahapnya. Tampak wajah canggung antara aku dan Luhan. Tak hanya kami berdua, Seung Ho, Jiyeon, dan Shin Hye turut menutup mulutnya. Lalu Myung Soo mengambil kursi dan meletakkannya disebelah kanan tempatku duduk. Kami menutup rapat mulut kami, dan hanya terdengar suara alunan musik yg baru saja Shin Hye putar. Entah apa yg terjadi, tapi suasana ini sangat canggung. Tak mau kami berlama-lama dalam situasi ini, kami memutuskan untuk kembali ke rumah.

Saat kami hendak keluar, didepan rumah Shin Hye tampak kerumunan orang yg sepertinya menanti Luhan dan Shin Hye keluar dari rumah, diikuti oleh kami berempat.
"Park Shin Hye-ssi, Xi Luhan-ssi. Apa yg kalian lakukan bersama dimalam hari seperti ini? Apa benar rumor yg beredar bahwa kalian sedang menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih? Kenapa kau pergi tanpa manajermu, Luhan-ssi? Dan mengapa kalian melakukan kencan di rumah Shin Hye-ssi? Apakah untuk memperkenalkan Luhan-ssi pada keluarga Shin Hye-ssi?" lontaran pertanyaan muncul dari berbagai arah dan kamera-kamera yg mengambil gambar Luhan dan Shin Hye.
"Ahjussi! Kau tak menganggap kami berempat ada? Mereka tidak berdua, mereka bersama kami!" jawab Jiyeon.
"Ya Ahjussi! Kehidupanmu sangatlah tak berguna sehingga mengurus masalah orang lain selarut ini. Luhan hyung meninggalkan manajernya karena mobil ini akan lebih luas jika berkurang satu orang. Kau mengerti?" tambah Myung Soo.
"Kalian ini siapa?" tanya para wartawan.
"Tak perlu tau siapa kami. Yg jelas kami semua berteman sangat dekat. Kami kesini untuk merayakan kedatangan Shin Hye unnie." sahut Jiyeon.
"Ah! Artikel tentang Luhan hyung menjemput Shin Hye noona tadi pagi, mereka juga tidak berdua. Ada dua temanku ini bersama mereka." Myung Soo menunjuk ke arahku dan Seung Ho.
"Ahjussi, kumohon lain kali lebih berhati-hati dalam membuat artikel. Aku dan temanku bersama dengan Luhan oppa dan Shin Hye unnie tadi pagi. Tak ada yg harus dikabarkan berkencan, kami hanya berteman. Bukankah seorang idol tetap memiliki hak untuk pergi bersama teman-temannya? Mohon pengertiannya." aku membungkukkan badanku.

Para wartawan itu berbisik satu sama lain dan meminta maaf padi kami sebelum mereka pergi. Luhan oppa menyalakan mesin mobilnya dan berniat mengantar kami semua pulang. Tapi kami memilih untuk pulang dengan bus karena tidak akan merepotkan Luhan. Kami naik satu bus yg sama sebelum Jiyeon dan Myung Soo turun lebih dahulu, sehingga tersisa aku dan Seung Ho. Seung Ho akan ke rumahku untuk mengambil motor miliknya. Dari halte pemberhentian bus, kami berjalan sekitar 100m untuk sampai di rumah.
Drrrtt~ Luhan oppa memanggil
"Hallo?"
"Hyoyoung, kau sudah sampai rumah?"
"Depan gerbang, ada apa?"
"Tidak, terimakasih tadi sudah membantuku menjawab pertanyaan wartawan. Jadwalmu besok bagaimana?"
"Kosong, oppa butuh sesuatu?"
"Mmm.. Mau pergi menonton bersamaku? Jam 9 di depan theater."
"Baiklah, aku mengerti."
Aku menutup ponselku.
"Siapa?" tanya Seung Ho.
"Luhan oppa mengajaku menonton besok jam 9 di depan theater."
"Date? Kau sudah dewasa sekarang, haha" ujar Seung Ho mengusap rambutku.
"Apa maksudmu?!" aku turut tertawa dan kami berdua pun memecah kesunyian dengan suara tawa kami.

Seung Ho mengambil kendaraannya setelah berpamitan dengan umma appa. Aku mengantar Seung Ho sampai depan gerbang.
"Hati-hati dijalan, ini sudah sangat larut. Kau tidak mengantuk, kan?" tanyaku khawatir.
"Bagaimana lagi? Aku tak dapat tidur dikamarmu bukan? Haha. Baiklah, aku mengerti. Kau mimpi indah agar kencanmu besok berjalan lancar. Sampai jumpa.."
Kami melempar senyum satu sama lain sebelum Seung Ho melaju dengan motornya.

~~~~

Pagi hari aku menyiapkan diriku untuk pergi dengan Luhan oppa. Aku tidak pernah pergi hanya berdua dengan Luhan. Biasanya kami pergi bersama yg lain.
Drrrttt~ Myung Soo memanggil
"Hallo?"
"Hyoyoung, pergilah denganku hari ini ke cafe tempat biasa."
"Oppa, maafkan aku. Aku ada janji dengan Luhan oppa di theater jam 9." kataku.
"A..mmm.. Baiklah, sampai jumpa!" Ia menutup ponselnya.

Pukul 08:30 aku keluar dari rumah dan berjalan untuk tiba di halte. Hanya lima menit, bus yg kutunggu pun datang. Aku masuk dan memilih kursi paling depan, agar aku tidak kesusahan ketika hendak turun. Halte dekat theater adalah tempat pemberhentianku. Aku melangkah masuk dalam theater dan menunggu di sofa panjang sampai seorang pria berkacamata hitam, bertopi coklat, dan kemeja kotak-kotak merah meraih tanganku. Luhan oppa. Ia melakukan penyamaran agar publik tak mengenali siapa dia. Kami memesan dua tiket dan saat hendak memilih menu, aku melihat dua pria yg tak asing bagiku.
"Myung Soo oppa, Seung Ho!" panggilku.
"Apa yg kalian lakukan disini?" tanya Luhan.
Myung Soo dan Seung Ho tampak terkejut dan menggaruk kepala mereka, namun mereka berhenti menggaruk ketika melihat ke arah tanganku dan Luhan yg saling terkait. Aku pun tak menyadarinya dan langsung melepaskannya, tetapi Luhan meraih tanganku kembali dan menggenggamnya lebih erat.
"Hyung!" teriak Myung Soo.
Luhan menaikkan satu alis dan kedua bahunya. Seung Ho mencoba membalikan badannya ke arah lain dan dapat kudengar ia menghembuskan nafas panjang.
"Kami hanya ingin menonton berdua." ujar Myung Soo.
"Kau dan aku?! Tidak, kami tak sengaja bertemu di depan." sanggah Seung Ho.
"YA! Yoo Seung Ho, kupikir kau hilang ingatan! Kau sudah tidak waras?!"
"Tidak, kau berbohong. Kenapa tak kau katakan yg sesungguhnya. Tapi aku sungguh tak mengerti kenapa kau datang kemari."
"Lalu, kau sendiri kenapa kemari? Kau mau mematai-matai Luhan hyung dan Hyoyoung kan?"
"Benar! Tapi kau juga kan?"
"Tidak! Aku bersungguh-sungguh!"
"Kau berbohong!"

Luhan menarikku dan membawaku meninggalkan mereka. Luhan tak melepaskan genggaman tanganya dan memesan dua nachos serta dua iced chocolate. Kami menuju studio 1. Luhan beberapa kali menoleh ke belakang melihat dua orang yg masih saling adu argumen tadi. Kulihat Myung Soo masih meneriaki Seung Ho tanpa mendapat respon apapun. Mereka ini sungguh membuatku bingung harus bagaimana.

Kami masuk ketika ruangan sudah gelap, jadi identitas Luhan semakin aman. Kami duduk di kursi paling belakang. Diikuti Myung Soo dan Seung Ho di sebelah kami. Sebenarnya yg mereka lakukan? Di tengah film, Luhan keluar yg kemudian diikuti oleh Myung Soo. Seung Ho dan aku nampak kebingungan, lalu Seung Ho bergeser ke tempat yg tadi diduduki Luhan.


 Luhan POV

Myung Soo mengirim pesan padaku untuk keluar meninggalkan studio tanpa mengatakan apapun pada Hyoyoung. Aku menunggunya di samping studio yg tampak sepi. Tak lama Myung Soo datang dengan muka kesalnya. Sempat terjadi keheningan diantara kami.
"Hyung, kau benar-benar gila?! Kau mengajak Hyoyoung pergi ke tempat umum hanya berdua denganmu? Kau tak takut lagi dengan wartawan? Kau baru saja menyelesaikan rumormu dengan Shin Hye noona, sekarang kau ingin menyeret Hyoyoung dalam rumormu?" Myung Soo mulai mengatakan yg mungkin memang ingin ia katakan.
"Myung Soo, semua idol diluar sana pun pernah melakukan hal yg sama denganku. Bahkan setiap orang pun pernah jatuh cinta dan ingin selalu menggenggam tangan orang yg ia cintai. Kau pun.. saat ini merasakannya dengan Hyoyoung, kan?"
"Kau benar! Kau memang lebih segalanya dariku, tapi kau tak akan bisa menyatakan Hyoyoung kekasihmu di depan publik. Kalau kau mencintainya, bawa dia ke media sebagai kekasihmu."
Aku diam.
"Kau tak bisa kan? Maka kau akan kalah dariku yg bisa mengungkapkan hubunganku, bahkan dengan dunia sekalipun. Lupakan tentang Hyoyoung!"
"Aku tidak mau melakukannya!"

Aku meninggalkan Myung Soo dan kembali ke dalam studio, langkahku terhenti saat kulihat Seung Ho dan Hyoyoung tengah tersenyum bersama. Kupikir, kalimat Myung Soo adalah benar. Seorang wanita akan senang jika prianya berani mengakui hubungan mereka pada siapapun, jika tidak maka ia akan merasa seperti tak dianggap. Aku tau, tapi aku pun tak dapat menolak dan mencerna rasa ini dengan pasti. Saat Hyoyoung dan Seung Ho tersenyum bersama seperti ini, ada sikap aku ingin menggantikan posisi Seung Ho. Saat Hyoyoung dan Seung Ho selalu berangkat dan pulang bersama, aku ingin menarik tangan Hyoyoung untuk tetap bersamaku. Bahkan aku merasa berada di sekitar  orang-orang yg membenciku saat Myung Soo mengingatkanku seperti tadi. Lamunanku buyar ketika Myung Soo menabrak tangan kiriku. Tanpa melihat ke belakang, ia menuju tempatnya tadi duduk. Dengan langkah gontai, aku pun duduk disamping Seung Ho, bukannya Hyoyoung. Kami menyelesaikan film dan bergegas keluar sebelum lampu menyala kembali. Aku berniat mengajak mereka mengobrol di sebuah cafe, tapi Myung Soo pergi begitu saja.

"Myung Soo, oppa!" panggil Hyoyoung dan tak memperoleh respon apapun.
Hyoyoung dan Seung Ho menatap penuh tanya ke arahku, tapi aku pun tak mengerti mengapa Myung Soo seperti itu.

Merasa tak memperoleh jawaban apapun dariku, Hyoyoung mengejar Myung Soo, aku dan Seung Ho refleks mengikutinya. Kulihat Hyoyoung berusaha menarik tangan Myung Soo dan membuatnya berhenti berjalan. Tanpa menoleh sedikitpun, Myung Soo tak melepaskan tangan Hyoyoung.
"Oppa, apa yg terjadi denganmu?"
"Hyoyoung~ah, akankah kau memegang tanganku seperti ini di waktu lain?"
"Ya?"
Myung Soo membalikkan badannya untuk menatap Hyoyoung, namun ia mendapati mataku yg melihat ke arahnya. Aku bahkan ragu dengan tatapan mataku saat ini. Aku bahkan tak membuka mataku lebar-lebar, tetapi itu membuat Myung Soo melepaskan tangan Hyoyoung dan melanjutkan langkahnya lebih cepat. Walaupun Hyoyoung mencoba memanggilnya, itu tak menghentikan langkahnya. Apa yg salah dengannya? Apa ini karena pembicaraan kami tadi?

Seung Ho melirik ke arahku dan meraih pundakku sekilas, lalu pergi menghampiri Hyoyoung. Ia menanyakan keadaan Myung Soo, namun Hyoyoung hanya menaikkan kedua bahunya sebagai jawaban. Saat mereka berada dalam jarak satu meter denganku, beberapa wanita mengelilingiku dengan ponsel di tangan mereka. Sepertinya mereka mengetahui identitasku. Hyoyoung yg melihat ke arahku, menyentuh lengan Seung Ho untuk memberi taukan apa yg terjadi. Tanpa berpikir panjang, Seung Ho berlari kecil mendekatiku dan melingkarkan tangannya dipundakku untuk membawaku pergi dari tempat ini. Sedangkan Hyoyoung sibuk meminta maaf pada semua wanita tadi.

Kami berhasil menghindar dari keramaian dan saat ini sudah berada di samping mobilku. Aku menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang, Hyoyoung hanya menatap Seung Ho yg lantas menolak tawaranku. Kali pertama Hyoyoung menolak tawaranku seperti ini, oleh karenanya aku mengikuti ia dan Seung Ho dengan taksi. Di depan rumah Hyoyoung, Seung Ho mematikan mesin motornya dan melepas helm yg menutupi wajahnya. Ia tersenyum simpul melihat Hyoyoung berdiri di sampingnya dan tentu senyumnya mendapat balasan dari Hyoyoung. Kubuka kaca taksi sekitar tiga cm untuk mendengarkan apa yg mereka bicarakan.
"Seung Ho, kenapa kau berada di theater tadi? Bukankah aku sudah mengatakan kalau aku akan pergi ke theater bersama Luhan oppa? Kalau ada sesuatu yg ingin kau lihat, kenapa tak pergi bersama?"
"Tidak. Aku hanya khwatir denganmu. Bagaimana jika ada orang yg melihat kau dan Luhan hyung berdua? Oleh karena itu, aku sengaja mengikutimu, agar jika ada wartawan, aku bisa langsung bergabung dengan kalian dan mengatakan bahwa Luhan hyung hanya pergi bersama teman-temannya. Tapi aku sungguh tak ada niat untuk mengganggu kalian, oleh karenanya sebisa mungkin jangan sampai terlihat oleh kalian. Myung Soo saja aku tak sengaja bertemu dengannya. Lalu ia juga yg membeli tiket untuk duduk di sebelah kalian. Kau percaya denganku, kan?"
"Anehnya, aku selalu percaya yg kau katakan." balasnya dengan senyum.
Aku tak pernah menyadari kalau mereka berdua sedekat ini. Bahkan, jika bersama yg lain pun mereka tak banyak bicara. Diantara Myung Soo dan Seung Ho, kurasa memang Seung Ho-lah yg paling mengerti Hyoyoung. Seung Ho juga yg selalu berada disampingnya.
"Aku tak ada apa-apanya dibanding Seung Ho." gumamku.
Aku menutup kaca rapat-rapat dan meminta supir taksi untuk mengantarku ke rumah.

~~~~

Esok hari..
drrrtt~ drrrtttt~
Aku terbangun dari tidurku dan mendengar ponselku bergetar.
Sembilan panggilan tak terjawab dari Hyoyoung dan Shin Hye. Aku merasa ini adalah keadaan genting. Aku mencoba memanggil Hyoyoung dan tak ada respon darinya, kemudian aku mencoba memanggil Shin Hye. Setelah apa yg kudengar darinya, tanpa mandi aku mengganti pakaianku dan mengendarai mobil sendiri. Aku tiba di sebuah rumah sakit besar dengan bau obat dimana-mana. Aku menuju ruang 427 dan mendapati Hyoyoung dan Jiyeon duduk lemas di samping kasur pasien, sedang Shin Hye duduk di kursi tengah sembari melempar wajah cemas kepadaku. Kulihat laki-laki yg saat ini terbaring di tempat tidur dengan lilitan perban di kepalanya, serta beberapa perban dibagian tangan dan kakinya. Hyoyoung dengan wajahnya yg berusaha tetap tenang menggenggam erat tangan laki-laki tak berdaya ini, Jiyeon dengan sapu tangan di wajahnya berkali-kali mencoba menghapus air matanya.

To be continued..