Title : Idol’s Scandal with Love & Friendship
Cast : Xi Lu Han
Ryu Hyoyoung
Yoo Seung Ho
Park Shin Hye
Kim Myung Soo
Park Jiyeon
Genre : Romance
Friendship
Chapter : 3 of 3
NO SILENT READER :D
Chapter sebelumnya
“Kulihat
laki-laki yg saat ini terbaring di tempat tidur dengan lilitan perban di kepalanya, serta beberapa perban dibagian
tangan dan kakinya. Hyoyoung dengan wajahnya yg berusaha tetap tenang
menggenggam erat tangan laki-laki tak berdaya ini, Jiyeon dengan sapu tangan di
wajahnya berkali-kali mencoba menghapus air matanya.”
Luhan
POV
Braakk!!
Suara
pintu yg dibanting memecah keheningan. Kim Myung Soo yg nampak lelah setelah
berlari langsung menuju kasur untuk melihat laki-laki ini, Yoo Seung Ho. Dari
apa yg kudengar, Seung Ho mengalami kecelakaan sekitar pukul 10:00pm. Kemarin Seung Ho berada di rumah Hyoyoung
hingga pukul 09:45pm. Ia ditabrak oleh mobil yg pengendaranya sedang mabuk, dan
ia langsung tersungkur ke tanah. Luka di kepalanya disebabkan kerasnya benturan
saat ia terjatuh di tanah. Syukurlah hasil dokter mengatakan bahwa ia akan
segera sadar, akan tetapi ia akan mengalami pusing yg hebat. Kami menunggu
Seung Ho terbangun dalam keadaan yg sunyi. Myung Soo keluar dari ruangan dan
kulihat ia duduk di kursi panjang yg berada di koridor. Belum sempat aku
menghampirinya, melihat wajahku, ia
pergi entah kemana. Aku pun memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit dan
membelikan makanan untuk semua. Tanganku penuh dengan makanan, karena kupikir tiga wanita itu sudah sangat lapar karena
berjaga sejak tadi malam, terutama Hyoyoung.
Aku
masuk ruangan menyuruh mereka untuk makan dan tetap memperhatikan kesehatan
masing-masing. Shin Hye tanpa semangat mengambil semangkuk bubur. Berbeda dengan
Hyoyoung dan Jiyeon yg tak bergerak dari tempat mereka. Akhirnya aku yg
menggerakan dua mangkuk bubur ini pada mereka. Usahaku tidak berhasil karena
memperoleh tolakan dari keduanya. Tanpa melakukan paksaan, aku meninggalkan
ruangan dan duduk di kursi yg tadi sempat dipakai Myung Soo. Tak lama, Hyoyoung
keluar dan duduk disampingku. Aku menegakkan kembali posisi dudukku.
"Oppa tak
ada jadwal hari ini?" tanyanya tanpa ada energi sedikitpun.
"Aku sudah
ijin dengan manajer untuk tidak melakukan latihan hari ini. Hyoyoung, kurasa
kau harus makan, kau sangat pucat."
"Aku baik-baik
saja."
"Bagaimana bisa
baik-baik saja? Mau kuambilkan
bubur?"
Saat
aku hendak berdiri, Hyoyoung menarikku untuk duduk kembali. Ia menyandarkan
kepalanya pada bahuku. Saat ini, kudengar isak tangis darinya, namun dengan
posisi seperti ini aku tidak dapat melihat ke wajahnya.
"Hyoyoung~ah."
tak ada respon darinya.
Aku meraih
tangannya yg ia pangku sedari tadi. Aku tak pernah melihat dan mendengar Hyoyoung menangis seperti ini.
Saat kucoba menenangkan Hyoyoung, Myung Soo yg hendak masuk ke dalam ruangan
pun memperhatikan kami dengan tatapan matanya yg tajam dan menghentikan
langkahnya sejenak sebelum melanjutkannya lagi.
Tak
lama setelah Myung Soo masuk, seorang pria dan wanita separuh baya dengan
pakaiannya yg elegan menghampiri kami. Hyoyoung bangkit dari duduknya dan
wanita itu langsung memeluknya.
"Tidak apa-apa, Hyoyoung. Ini bukan salahmu, dokter sudah
mengatakan bahwa Seung Ho akan baik-baik saja, kan? Jangan buang air matamu, Seung
Ho pasti tak mau melihatmu seperti ini." ujar wanita itu, dan pria
disampingnya pun menepuk pelan punggungku. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
"Maafkan aku, omonim." balas Hyoyoung.
Wanita itu
memegang wajah Hyoyoung yg menghapus air matanya. Tapi, omonim?
Mereka
bertiga pun masuk ke dalam ruangan dan langsung melihat kondisi Seung Ho.
Setelah beberapa waktu, Shin Hye mengatakan bahwa mereka adalah orangtua Seung
Ho. Sedekat itukah hubungan Hyoyoung dan Seung Ho, hingga Hyoyoung memanggilnya
"omonim"?
Sekitar
satu jam kami berada diruangan ini dalam suasana hening, hanya beberapa pertanyaan
singkat yg dilontarkan Seung Ho appa
pada kami semua. Ia mengetahuiku dan Shin Hye melalui televisi, ia juga
mengatakan beberapa kali bertemu denganku di SMEnt’s building. Namun, wajah Jiyeon dan Myung
Soo adalah baru bagi orangtua Seung Ho. Orangtua Seung Ho baru penerbangan
pertama tadi pagi dari Jepang setelah mendengar kabar dari Hyoyoung.
Seung
Ho umma membuka matanya lebar-lebar dan melihat kearah kami semua untuk
memberikan tanda bahwa Seung Ho tersadar.
"Umma"
rintih Seung Ho.
Ummanya hanya
tersenyum senang dengan mata yg berkaca-kaca.
"Appa, umma.
Aku bermimpi kalian mencariku dan meneriakan namaku." lanjut Seung Ho
dengan senyum yg berat.
Kami semua mulai
mendekat pada ranjang, namun tetap memberi jarak untuknya bernafas. Kulihat
Jiyeon tersenyum lega, Myung Soo tetap dengan wajah tenangnya, Shin Hye
melihatkan deretan giginya pada Seung Ho, dan Hyoyoung berusaha menghapus air
matanya. Beberapa saat kami semua melempar pandangan pada Seung Ho, yg kutau
dia sebisa mungkin menahan rasa sakitnya, sambil sesekali memegangi kepalanya.
"Hyoyoung!
Kau mengkhawatirkanku, kan?" ia tersenyum simpul pada Hyoyoung dengan
memberikan kedua tangannya seolah memanggil Hyoyoung untuk memeluknya. Hyoyoung
yg tadi berada di belakang umma appanya pun berpindah posisi ke depan dan
memeluk Seung Ho, lalu
Seung Ho mengusap rambut Hyoyoung. Entah kenapa, aku sontak menjatuhkan kedua
tanganku yg tadinya kulipat, mencoba membuang pandangan mataku dari mereka.
"Ya! Yoo
Seung Ho, memang aku tak mengkhawatirkanmu?" Myung Soo menarik Hyoyoung
dari pelukan Seung Ho.
"Aku juga! Aku menunggu semalaman disini. Mana
pelukan untukku?" sahut Jiyeon.
"Ya! Kalian
beri sedikit ruang untuk Seung Ho beristirahat dan berbicara dengan umma
appanya. Cepat keluar!" Shin
Hye menuntun kami semua keluar dari ruangan yg meninggalkan Seung Ho dan umma
appanya di dalam.
"Kim Myung
Soo, apa yg terjadi denganmu?"
tanyaku selagi mendapat kesempatan berbicara dengannya.
Dia tak merespon
bahkan tak menoleh sedikit pun.
Semua mata ketiga wanita ini pun berlari ke arahku.
"Kim Myung
Soo!" panggil Shin Hye.
"APA?! Bisakah kalian tak memanggil namaku
sesuka kalian?"
"Lalu apa?
Aku harus memanggilmu 'Hei'? Oh! Atau 'YA!'? Seperti itu? Tanpa nama."
balas Shin Hye.
"Cukup, Shin Hye. Ini masalahku dengannya."
aku mengambil alih.
"Ya Xi
Luhan! Masalah antara kau dan Myung Soo pun menghambat kami semua. Kau lihat
suasana yg kita hadapi sejak tadi, kalian hanya saling membuang pandangan. Apa
kau pikir tak mengganggu yg lain? Kalau memang kau menganggap ini masalah
pribadi kalian, bersikaplah biasa di depan orang lain. Itu sangat
mengganggu!" Shin Hye duduk dan melipat kedua tangannya diikuti oleh
Jiyeon dan Hyoyoung.
"Ryu Hyoyoung!
Apa kau sudah terbiasa memeluk Seung Ho? Kau melakukannya tanpa rasa bersalah
apapun." Myung Soo membuat suasana semakin panas.
"YA! Kim
Myung Soo!" ujarku, Jiyeon, dan Shin Hye bersamaan.
Kulihat Hyoyoung
menatap Myung Soo dengan wajah bingung dan mulutnya yg ia gerakan seakan
mengunyah permen, lalu pergi begitu saja. Suasana semakin hening dan canggung.
Aku pun memilih berpamitan pulang untuk membersihkan badan dan pikiranku. Shin
Hye memintaku untuk mengantarnya juga, terlebih dia aja jadwal pada sore hari.
Hyoyoung dan Jiyeon tetap tinggal di rumah sakit.
Hyoyoung POV
4
hari sudah Seung Ho berada di rumah sakit, hari ini dokter mengijinkannya untuk
pulang, namun tetap harus memperhatikan kondisinya. Aku dan Jiyeon empat hari berturut-turut merawat Seung Ho, kami
terpaksa ijin kuliah dan latihan. Aku mengemasi barang-barang Seung Ho dalam
satu koper selagi Jiyeon mengurus administrasi. Orangtua Seung Ho sudah kembali ke
Jepang kemarin siang. Seung Ho berkali-kali mencoba bangkit dari duduknya untuk
membantuku, tapi aku berkali-kali pula mengingatkannya. Setelah semuanya beres,
termasuk kunjungan dokter untuk yg terakhir, kami bertiga memilih untuk segera
meninggalkan ruangan. Aku melingkarkan tangan kiriku di punggung Seung Ho dan
dibalas dengan lingkaran tangannya di pundakku untuk membantunya berjalan,
sedang tanganku yg
lain menarik koper.
Diluar,
Luhan dan Myung Soo dalam jarak yg lebar sudah menanti kami. Myung Soo menatap
tajam ke arah kami dan Luhan hanya melempar senyum setengah bibirnya. Myung Soo
berjalan cepat ke arah kami, menarikku dan menggantikan posisiku membantu Seung
Ho berjalan. Luhan juga mengambil alih koper yg kubawa, jadi aku berjalan di
belakang bersama Jiyeon. Jiyeon begitu peduli dengan Seung Ho, selalu berusaha
untuk hadir disetiap kesulitan Seung Ho. Cara dia menangis saat Seung Ho belum
sadarkan diri juga berbeda dengan cara menangis seorang teman. Saat ini pun dia
tengah membukakan pintu mobil untuk Seung Ho masuk. Karena mobil yg dipakai
oleh driver Seung Ho adalah mobil kecil, maka hanya aku dan Jiyeon yg bisa
mengantarnya sampai rumah. Aku
duduk di sebelah Seung Ho yg menyandarkan kepalanya yg masih sering terasa
sakit. Jiyeon yg duduk di depan sesekali kulihat menatap ke kaca tengah untuk
melihat kondisi Seung Ho.
Setibanya
dirumah Seung Ho, kami membawa Seung Ho masuk ke ruang tengah. Beberapa ahjumma
telah menyiapkan makanan untuk Seung Ho. Meja makan Seung Ho selalu dipenuhi
makanan seperti ini, tak lupa dengan ttokpoki kesukaan Seung Ho. Ahjumma juga
mempersilakanku dan Jiyeon makan bersama. Setelah makan kami pun memutuskan
untuk memberikan waktu pada Seung Ho beristirahat.
"Hyoyoung,
sebenarnya sedekat apa kau dan Seung Ho?" tanya Jiyeon ketika kami jalan
berdua.
"Sangat
dekat, aku sudah menceritakan kalau Seung Ho adalah temanku sejak kecil
kan?"
"Aku mengerti.
Tapi tak kupikir kalian
sedekat itu, seperti sepasang kekasih. Haha"
"Kalau iya
kenapa? Kau cemburu? Park Jiyeon, kau tak akan memendam ini terlalu lama,
kan?" ledekku.
"YA! Ryu
Hyoyoung!"
Aku tak mempedulikannya
dan pergi meninggalkannya.
~~~~
Esok
harinya aku pergi ke kampus dan berniat untuk mengendarai bus, karena ku yakin
hari ini Seung Ho tak akan menghampiriku. Luhan juga tidak akan mendadak muncul
dihadapanku karena ia akan ada off air di siang hari. Namun ketika aku menunggu
bus, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depanku. Di dalamnya seorang lelaki
menggunakan kacamata hitam. Ia menurunkan kacanya.
"Ryu
Hyoyoung! Ya aku memang sedang
berbaik hati hari ini, cepat naik sebelum aku berubah pikiran." ujar
lelaki itu.
"Tidak, Myung Soo oppa, aku akan
merepotkanmu."
"Ya! Kau
lebih merepotkanku jika tak segera masuk, karena kau akan menghabiskan tenagaku
untuk menyeretmu."
Dia membuka kedua
pupil matanya lebar-lebar. Aku pun menelan ludah sebelum masuk ke mobilnya.
Setibanya
di kampus, ia ikut turun bersamaku dan
mengikuti semua mata kuliah yg kudapat. Seusainya, ia membawaku ke suatu tempat
dan mencoba mengendarai speedboat. Aku melihat sisi lembut Myung Soo hari ini.
Mulai saat di mobil ia memasangkan
sabuk pengamanku ketika aku lupa memakainya, membantuku naik ke speedboat dengan mengulurkan tangannya,
menggenggam tanganku serta berteriak kepada pengendara untuk menghentikkan
speednya saat melihatku sedikit ketakutan. Setidaknya, semua sikap Myung Soo
tidaklah sekasar yg kupikirkan. Setelah turun dari speed, Myung Soo membawaku
ke tempat makan tradisional. Katanya makanan disini jauh lebih enak dari
restoran bintang lima sekalipun. Ia memintaku mencoba setiap makanan yg telah
ia pesan dengan menyuapkannya padaku. Aku hanya menerima semua suapannya.
Drrrttt~ Luhan
oppa memanggil.
"Hallo?"
"Hyoyoung, kau di mana?"
"Aku bersama
Myung Soo oppa."
"Benarkah? Datanglah pukul 07:00pm ke cafe biasa."
Aku hanya
menjawabnya tanda mengerti. Aku sangat menghargai Luhan sebagai sunbae, itulah
kenapa aku tak pernah bisa menolak ajakannya. Ia juga sudah terlalu baik
denganku.
Aku
dan Myung Soo menghabiskan makanan dihadapan kami, lalu Myung Soo mengajakku
kembali ke Seoul dan berjalan-jalan di tepi sungai Han sambil menunggu sore
hari untuk janjiku dengan Luhan. Myung Soo mengajakku ke toko souvenir dan
membelikanku topi koala. Berkali-kali ia berkata "kyeopta" dengan
senyum lebar diwajahnya. Jujur, aku tak pernah melihatnya tersenyum sebanyak
hari ini. Tak sadar waktupun sudah menunjukkan pukul 06:45pm, aku dan Myung Soo menuju cafe yg diminta
oleh Luhan. Cafe ini terletak di seberang sungai Han dan merupakan cafe dengan
sentuhan nuansa yg elegan. Kulihat didalam penuh dengan pelanggan dan para pelayan yg sibuk melayani. Di depan sebuah
panggung kecil yg sedang menampilkan perform akustik, kulihat Luhan, Shin Hye,
Jiyeon, dan Seung Ho tengah bercakap-cakap. Aku terkejut ketika melihat Seung Ho, kupikir ia benar-benar
istirahat untuk beberapa hari, namun ia tetap diantar menuju kemari. Aku dan
Myung Soo langsung duduk di kursi yg masih kosong diantara Luhan dan Jiyeon.
Luhan bilang, ia ingin merayakan kesembuhan Seung Ho.
Setelah
memesan menu makanan, Luhan meminta kami menunggu dan ia menuju panggung tadi
sambil membisikkan sesuatu ditelinga gitaris. Ia mengambil gitar dari sang
gitaris, serta mengambil kursi dan meletaknnya didepan microphone.
"Selamat
malam, saya Luhan dari EXO akan mempersembahkan sebuah lagu pada kalian."
Ia mulai memetik
gitarnya, kami semua bahkan tak tau ia bisa bermain gitar.
"Lagu ini
mengisahkan tentang seorang Idol yg tidak dapat menjalin hubungan dengan
kekasihnya karena dia adalah Idol, yg mana selalu disibukkan dengan jadwalnya,
yg mana ia tak dapat mengatakan pada dunia bahwa orang ini adalah kekasihnya,
dan berjanji ketika ia sudah menjadi lebih senior, ia akan mengenalkan
kekasihnya pada dunia. Don't Want to be an Idol by VIXX"
Luhan
mulai menyanyi, semua orang pasti tau suara lembut ini. Wajah seriusnya ketika
bernyanyi dan urat-urat dilehernya yg nampak saat ia bernyanyi. Suaranya mampu
membawa setiap orang yg mendengarnya terbawa dalam suasana. Ditambah setiap
orang disini mengenal Luhan, jadi banyak dari mereka yg mengabadikan momen ini.
"Bad boy." geming Myung Soo.
Setelah Luhan
menyelesaikan lagu tersebut, suara tepuk tangan dari setiap sudut pun mulai
terdengar. Kami melempar senyum padanya dan ia balas semua senyuman ini, tak
lupa mengucapkan terimakasih.
"Oppa, sungguh daebak!!" ujar Jiyeon memberikan dua jempolnya.
"Hyung, dalam
rangka apa kau bernyanyi seperti tadi?!”
tanya Myung Soo.
"Kau tau, kan.
Maafkan aku Myung Soo."
"Aku juga minta
maaf, hyung. Aku bahkan tak
tau bahwa kau mengalami kesulitan yg lebih dalam dariku."
"Ya! Kalian
ini aneh sekali, kesal sendiri, minta maaf sendiri." sindir Shin Hye.
Mereka hanya
tersenyum dengan satu sama lain.
Tak
lama, makanan pun tersaji di meja kami, kami menikmatinya sembari bercakap-cakap. Sesekali Jiyeon dan Myung Soo bertengkar lagi dan Shin Hye selalu
memarahi mereka. Saat seperti inilah yg akan terus kuingat dan kusimpan dalam
hati.
Pukul
09:30, kami menyelesaikan obrolan kami. Myung Soo hendak menghantarkanku
pulang, namun Seung Ho memintaku untuk pulang bersamanya. Kupikir hari ini aku
sudah terlalu banyak merepotkan Myung Soo, jadi aku memilih pulang bersama
Seung Ho.
Luhan POV
Hyoyoung
memutuskan untuk pulang bersama Seung Ho. Merasa
ada
yg janggal diantara mereka,
aku pun ingin tau dan mengikuti.
Setibanya di persimpangan menuju rumah
Hyoyoung, aku turun dari mobilku dan berjalan. Kulihat Seung Ho dan Hyoyoung
bercakap-cakap di depan gerbang rumah.
"Kupikir kau
tidak akan keluar beberapa hari ini." ujar Hyoyoung.
"Aku sangat
merindukanmu, itu sebabnya. Haha"
"Merindukanku?
Pfftt"
"Kenapa? Kau
sudah tak percaya lagi denganku?"
"Bukan begitu.."
"Haha,
yasudah kau cepat masuk, ini sudah malam. Saranghae"
"Ya."
"Saranghae?"
"YA! Nado saranghae."
Mereka tersenyum
satu sama lain dan Seung Ho mengusap rambut Hyoyoung sebelum meninggalkannya.
Jantungku rasanya berdegup lebih kencang, seperti aku mungkin tak mampu lagi
menjaga keseimbanganku.
"Apa-apaan ini?!! Hyung, ternyata kau juga serendah aku,
menguping!" ujar Myung Soo yg
tiba-tiba muncul dan membuatku hampir saja terjatuh karena kaget.
Aku membawa Myung
Soo menjauh dari tempat ini. Aku menyuruhnya untuk pulang dan aku pun juga
harus segera pulang. Semalaman aku hanya berguling-guling dikasurku karena
terus terbayang wajah Seung Ho dan Hyoyoung. Hingga Xiumin yg sekamar denganku
berkali-kali terbangun dan memarahiku.
~~~~
Esok
harinya aku mengumpulkan semua keberanianku untuk mengirim sebuah pesan "Malam ini pukul 07:00pm kita berkumpul dirumah Myung Soo, ada yg
perlu kita bicarakan."
Aku dan Myung Soo
merencanakan sesuatu sembari menata hati kami masing-masing. Aku bahkan tak
dapat berpikir jernih dan terus mencoba menghubungi Myung Soo yg tak memberi
respon apapun. Berkali-kali aku menanyakan perasaan ini pada Xiumin, namun
jawabannya tak membuatku lega sedikitpun. Aku terus menggetarkan kakiku hingga suara
ponselku memecah lamunan. Myung
Soo menyuruhku menuju rumahnya saat ini, ia butuh teman untuk menghiburnya. Aku langsung menuju rumahnya dan ia hanya
duduk sendiri di ruang tamu sambil memegang remote TV.
Malam
harinya, Jiyeon datang awal dan memperhatikan sikap kaku dan canggung antara aku dan Myung Soo. Shin Hye pun
menyusul dan langsung berbisik pada Jiyeon, sepertinya membicarakanku dan Myung
Soo. Aku hanya memberi senyuman simpul padanya. Terakhir, dua orang yg datang
bersamaan dan langsung membuatku dan Myung Soo semakin tak bergeming. Semua
berkumpul di ruang tengah dan menungguku membuka pembicaraan.
"A... Mmmm..
Tidak." ujarku gelagapan.
"Kenapa?!" teriak Shin Hye.
"Itu.. Ini
soal.." lanjut Myung Soo sepatah.
"YA OPPA!
Kami sudah menunggu satu jam disini tanpa memperoleh bahasan apapun!" protes Jiyeon.
"Baiklah! Yoo Seung Ho, Ryu Hyoyoung, apa kalian sepasang
kekasih?" tegas Myung
Soo.
"Apa?!" Hyoyoung nampak terkejut, tapi
Seung Ho memegang tangannya, seolah menahanya untuk mengatakan sesuatu.
"Kalau
memang benar apa yg Myung Soo katakan, lalu?" tanya Seung Ho masih dengan
wajah tenangnya.
"Ya! Yoo
Seung Ho, kau tau apa yg aku
dan Luhan hyung rasakan bukan?! Kenapa kau tak mengatakan sejak awal hal
semacam ini?! Kau gila?!
Kau ingin mempermainkanku dan Luhan hyung?!" Myung Soo bangkit dari
duduknya sambil memberikan telunjuknya pada Seung Ho.
"Tunggu, aku
tau apa yg kau dan Luhan hyung rasakan? Memang apa yg kalian rasakan?"
tanya Seung Ho seolah tak tau apa-apa.
"Kau tau kan
kalau aku menyukai Hyoyoung?!"
tegas Myung Soo.
"Aa.. Ya aku tau. Lalu apa hubungannya dengan Luhan
hyung?"
"Aku... juga
menyukainya."
Hyoyoung
menatap kearahku, Luhan, dan Myung Soo secara bergantian. Aku tau, dia seperti
sedang dipermainkan saat ini. Sedang Shin Hye hanya tersenyum mendengar perdebatan
kami, Jiyeon justru menatap tajam pada kami. Dan disaat seperti ini, Seung Ho
tersenyum, apa maksudnya?
"Aa..
Seperti itu? Jadi kalian terlibat cinta segitiga? Tapi kumohon, keluarkan aku
dari urusan percintaan kalian. Aku dan Hyoyoung, sampai kapanpun akan menjadi
sahabat sejati seperti ini." lanjutnya.
"Apa?! Kau jangan mengatakan sesuatu yg tidak
masuk akal! Aku, bahkan kita
semua melihatmu memeluk Hyoyoung, Hyoyoung memanggil ummamu dengan sebutan
omonim, dan.." kalimat Myung Soo terpotong.
"Dan yg
membuat aku dan Myung Soo mengumpulkan kalian adalah karena kemarin aku dan
Myung Soo mengikuti kalian sampai rumah Hyoyoung." lanjutku tetap tenang.
"Saranghae?
Nado saranghae?" tanya Seung Ho.
"O!"
jawab Myung Soo yg kembali ke posisi duduknya.
"Aku tau kalian
mengikutiku dan Hyoyoung, aku tau kalian mendengar pembicaraan antara kami
berdua. Oleh karenanya, aku sengaja melakukan itu. Lagipula aku biasa mengatakan “saranghae”
pada Hyoyoung untuk menjailinya. Masalah pelukan, mungkin karena kami sudah
menjadi teman yg sagat dekat, jadi itu hal biasa. Bukankah saat sahabatmu
menangis, kau akan menenangkannya dengan sebuah pelukan? Hal itu pun akan menjadi
biasa bagi keduanya. Omonim..
Hyoyoung melakukannya karena ummaku sudah menganggap Hyoyoung seperti anak
sendiri."
"Lalu, kau
ketika latihan saat itu, kau melarangku untuk menyukai Hyoyoung karena kau juga
menyukainya, apa maksudmu?" tanyaku.
"Maafkan aku telah membuatmu
salah paham, hyung. Tapi aku selalu menyeleksi setiap pria yg
mendekati Hyoyoung. Hyoyoung pun akan membuka hatinya untuk seorang pria jika aku merekomendasikannya. Aku saat itu tidak setuju dengan hyung
karena hyung adalah seorang Idol. Aku takut jika fans hyung menyerang Hyoyoung
saat kalian mempublikasikan hubungan kalian, tapi aku lebih khawatir dengan
perasaan Hyoyoung jika kau tidak mengakui pada setiap orang bahwa ia adalah
kekasihmu. Selain itu, aku juga tidak terlalu senang dengan sikap Myung Soo
hyung yg kasar, aku takut Hyoyoung akan sering terluka dengan itu. Tapi
sekarang aku tau, Luhan hyung dan Myung Soo hyung mempunyai rasa yg tulus pada
Hyoyoung. Jadi, sekarang pun terserah Hyoyoung." jelas Seung Ho.
"Luhan oppa,
Myung Soo oppa..Maaf.."
ujar Hyoyoung pelan.
"Oh, aku
ingat! Dulu ketika aku berada di 7th
Grade, aku menyatakan perasaan sukaku pada Hyoyoung, perasaan suka lebih dari
teman. Namun, Hyoyoung menolakku dengan alasan bahwa kami adalah sahabat dan
selamanya pun akan menjadi sahabat. Jika kami mempunyai hubungan sebagai
kekasih, dan jika suatu saat kami memutuskan hubungan sebagai kekasih, maka kami tak dapat kembali sebagai
sahabat lagi. Dan kurasa Hyoyoung akan menggunakan alasan yg sama pada
kalian." lanjut Seung Ho.
"Tidak masalah, aku juga takut menyakiti Hyoyoung karena
statusku sebagai Idol."
"Ya! Aku
merasa dibuang, bahkan sebelum aku menyatakan perasaanku." keluh Myung
Soo.
Kami
semua pun tertawa dan meneguk segelas air dihadapan kami untuk meredakan emosi
yg tadi sempat melintas.
"Mmm..
Masalah antara aku, Seung Ho, Myung Soo oppa dan Luhan oppa sudah terjawab. Lalu, bagaimana denganmu Jiyeon?"
pertanyaan Hyoyoung yg tiba-tiba membuat Jiyeon tersedak.
"Kurasa
benar feelingku selama ini, hanya aku yg tidak terlibat skandal apapun." sahut Shin Hye.
"Park
Jiyeon, cepat katakan!"
dorong Myung Soo.
Aku pun tersenyum
pada Jiyeon.
"Tunggu!
Memangnya begitu terlihat ya?" tanya Jiyeon.
"Ah berisik
sekali kau ini, cepat katakan!"
paksa Myung Soo.
"Baiklah! Ya Yoo Seung Ho! Saranghae!!" ujarnya sembari mengembalikan gelas
pada meja.
"DAEBAK!"
ujar Myung Soo dan Shin Hye bersamaan.
Seung
Ho melihat mata Jiyeon dalam. Kami semua pun menunggu jawaban dari Seung Ho.
"Park
Jiyeon, berkencanlah denganku sebanyak 8 kali, maka akan kupertimbangkan
perasaanmu." ujar Seung Ho dengan senyum lebar di wajahnya.
"COOOOOOLLLLLLL!!!!"
jawab kami bersama.
END
That’s all, thank you for reading all of
the chapter.. Today is Luhan’s Birthday, so everything about this Fanfiction
are belong to Luhan and me ;)
NO COPYRIGHT hahahha